Tuesday, October 1, 2013

Laporan Pendahuluan KALA III



LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN KALA III

I.                   DEFINISI
o  Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan atau tanpa bantuan.
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, hal 157)
o  Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dengan selaput janin dari tubuh Ibu.                                                                           (FK. UNPAD Bandung, hal 221)
o  Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.                                                    (Hanifa W, 1998 : 180)
o  Persalinan serangkain kejadian yang berakhir dengan pengeluaranbayi cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(Fakutas Kedokteran UNPAD, 1983 : 221).
o  Kala III adalah Proses pelahiran bayi berakhir dengan lahirnya plasenta.
(Buku Ajar Asuhan Kebidanan, hal 825)
o  Kala III adalah dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit
(Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, hal 101)



II.                FISIOLOGIS
Kala III persalinan terdiri atas 2 fase yaitu :
a.   Pelepasan Plasenta

Setelah bayi lahir terjadi Kontraksi uterus. Hal ini mengakibatkan volume rongga uterus berkurang. Dinding uterus menebal, pada tempat implantasi plasenta juga terjadi penurunan luas area. Ukuran plasenta tidak berubah sehingga menyebabkan plasenta terlipat, menebal dan akhirnya terlepas dari dinding uterus. Plasenta terlepas sedikit demi sedikit terjadi pengumpulan perdarahan di antara ruang plasenta dan desidua basalis retroplasenta hematoma. Setelah plasenta lepas, plasenta akan menempati segmen bawah uterus atau vagina.
·     Tanda – tanda pelepasan plasenta :
1.      Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus  berkontraksi dan plasenta terdorong dibawah, uterus berbentuk segitiga (seperti buah pir) dan fundus berada di bawah pusat.
2.      Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vagina.
3.      Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro plasenta pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plsenta melebihi kapasitas tumpangannya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
·     Macam – macam plasenta
        Mekanisme Schultz
Pelepasan plasenta yang dimulai dari sentral atau bagian tengah sehingga paling sering terjadi. Tanda pelepasan plasenta dari tengah ini mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir. Perdarahan banyak terjadi segera setelah plasenta lahir.
        Mekanisme Duncan
Terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau bersamaan, dari pinggir dan tengah plasenta. Hal ini mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum plasenta lahir.
b.  Pengeluaran Plasenta
o  Setelah plasenta terlepas, maka karena Kontraksi dan retraksi otot rahim. Plasenta terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari vagina.
o  Dari tempat ini (bagian atas dari vagina) plasenta di dorong keluar oleh tenaga mengejan.

III.              PATOLOGIS

Pathologis ”Retensio Plasenta”
    Keadaan ini terjadi apabila plasenta belum lahir setengah jam plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
    Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan dan jika plasenta lepas sebagian maka menyebabkan terjadinya perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
    Plasenta belum lepas sama sekali dari dinding uterus karena :
§ Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
§ Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab VLLLL korialis menembus (plasenta akreta – perkreta)
§ Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan Kala III. Akibatnya terjadi lingkaran kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarseratrio plasenta)
    Anotonia uteri
Suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila terjadi maka darah yang keluar dari bekas melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali dan terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 menit setelah dilakukan rangsangan takstil (masase fundus Uteri) dan untuk mengatasi segera dilakukan Kompresi bimanual interna (KBI) dan kompresi bimanual eksterna (KBE)
    Sisa plasenta
Untuk menghindari perdarahan karena sisa plasenta, plasenta perlu diperiksa teliti.
Pemeriksaan plasenta meliputi :
a. Selaput ketuban utuh / tidak
b. plasenta : ukuran plasenta
Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggiran kotiledon.
Bagian fetal utuh / tidak
    Tali pusat jumlah arteri dan vena. Apakah arteri dan vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat apakah sentral merginal serta panjang tali pusat.
    Kalau plasenta tidak lengkap maka rongga rahim harus diperiksa dan sisa plasenta dilepaskan dengan tangan
Perlukaan Jalan Lahir
    Luka pada vulva
Akibat persalinan terutama pada primigravida bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang – kadang bisa timbul perdarahan banyak khususnya luka dekat klitoris.
Perlukaan Vagina
    Biasanya terjadi pada persalinan dengan ekstrasi vacum, lebih – lebih apabila kepala – kepala janin harus diputar.
    Robekan terdapat pada dinding lateral dan terlihat pada pemeriksaan dengan spekulum. Perdarahan biasanya banyak namun mudah diatasi dengan jahitan.
Robekan Serviks
    Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus.
    Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, walaupun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan adanya perlukaan jalan lahir khususnya robekan serviks uteri.
Robekan Perinium
    Robekan perinium dibagi atas 4 tingkatan :
1.      Tingkat 1
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perinium.
2.      Tingkat 2
Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinium tranvesalis, tetapi tidak mengenal otot spingter ani.
3.      Tingkat 3
Robekan mengenai perinium sampai dengan otot spingter ani.
4.      Tingkat 4
Robekan mengenai perinium sampai otot spinter ani dan mukosa rektum.


DAFTAR PUSTAKA

1.   Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta, Media Aesculapius, 2000

2.   Universitas Kedokteran UNPAD, Obstetri Fisiologis, Bandung, Elemen, 1993

3.   Manuaba, Ida Bagus Gde, SpOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC. 1998

4.   Prawirohardjo, Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta, YBPSP, 2006


No comments:

Post a Comment