Tuesday, October 1, 2013

Laporan Pendahuluan KALA IV



LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN KALA IV

1.      DEFINISI
v  Persalinan adalah    Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan/dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir/melalui jalan lain dengan bantuan.
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 138)
v  Persalinan adalah    Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disebut dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(FK. Unpad Bandung. Hal 221)
v  Persalinan adalah    Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
(yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, hal 100)
v  Kala IV adalah        Kala yang berlangsung mulai dari lahirnya plasenta (ari-ari) dan lamanya 2 jam.
(yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 101)
v  Kala IV adalah        Kata pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan PP.
(Prof. dr. Rustam Mochtar, 97)


Sebelum meninggalkan wanita PP, harus diperhatikan 7 pokok penting:
  1. Kontraksi uterus haru baik
  2. Tidak ada perdarahan dari vagina/perdarahan dalam alat genetalia lainnya.
  3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.
  4. Kandung kencing haru kosong.
  5. Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma.
  6. Bayi dalam keadaan baik.
  7. Ibu dalam keadaan baik
(Kapita Selekta Kedokteran, Uri, Jilid I, hal 292 dan YBPSP, hal 200)

2.      FISIOLOGIS
Pada saat persalinan Kala IV ibu akan mengalami perubahan-perubahan pada badannya, diantaranya:
A.    Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya seperti sebelum hamil
1.      Bayi lahir     :   FU setinggi pusat dengan berat uterus 1000 g.
2.      Uri lahir       :   TFU teraba 2 jam di bawah pusat dengna berat uterus 750 gr.
3.      1 mgg PP     :   TFU teraba pertengahan pusat-sympisis dengan berat uterus 500 gr.
4.      2 mgg PP     :   TFU tidak teraba di atas sympisis dengan berat uterus 350 gr.
5.      6 mgg PP     :   FU bertambah kecil dengan berat uterus 30 gr.
6.      8 mgg PP     :   FU sebesar normal dengan berat uterus 30 gr.

B.     Serviks
-          Segera setelah kelahiran, serviks bersifat patulkus, terkulai dan tebal.
-          Setelah persalinan ostium uteri eksterna (OVE) dapat dimasuki 2-3 jari tangan.
-          Bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah persalinan.

C.     Vagina
Torus vagina dipengaruhi oleh peregangan yang telah terjadi selama kala II persalinan.

3.      PATOLOGIS
  1. Hemorargi Post Partum (HPP)
Kehilangan darah lebih dari 500 cc dari traktus genetalia setelah melahirkan HPP dibagi menjadi 2 yaitu:
a.       HPP primer
Mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran penyebab:
    1. Uterus atonik (terjadi karna misal : plasenta/selaput ketuban tertahan)
    2. Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan/gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sc, episiotomi)
    3. Inversio uteria
b.      HPP skunder
Mencakup semua kejadian HPP yang terjadi antara 24 jam setelah lahir bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab:
1.      Fragmen plasenta/selaput ketuban tertahan.
2.      Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet.
3.      Terbukanya luka pada uterus.
  1. Atonia uteri
Suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Keadaan ini dapat terjadi, apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri dan untuk mengatasi segera dilakukan kompresi bimanual eksterna (KBE) dan (kompresi bimanual interna) KBI.
  1. Sisa plasenta
Untuk menghindari perdarahan karena sisa plasenta, perlu plasenta diperiksa dengan teliti kalau plasenta tidak lengkap maka rongga rahim harus diperiksa, dan sisa plasenta dilepaskan dengan tangan.
  1. Ruptur perineum, serviks dan vagina
-          Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang terjulur, akan mengalami robekan pada posisi spina ischiadika karena tertekan oleh kepala bayi.
-          Robekan perineum
1.      Robekan perineum derajat I : melibatkan mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum.
2.      Robekan perineum derajat II : melibatkan mukosa vagina, fourcette posterior, kulit perineum dan otot-otot perineum.
3.      Robekan perineum derajat III : melibatkan mukosa vagina, fourcette posterior, kulit perineum dan otot-otot perineum, (yang bergantung pada keadaan robecan) dan pada spingter ani eksterna.
4.      Robecan derajat IV : melibatkan mukosa vagina, fourcette posterior, kulit perineum dan otot-otot perineum, (yang bergantung pada keadaan robecan), spingter ani eksterna dan dinding rectum anterior.
  1. Syok
Suatu syndrome klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Tujuan utama pengobatan syok:
a.       Menstabilkan kondisi pasien.
b.      Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah.
c.       Mengefisiensi sistem sirkulasi darah.
Tanda-tanda syok:
a.       Nadi cepat, lemah (110 x/menit atau lebih).
b.      Tekanan darah rendah (sistolik < 90 mmHg).
c.       Pucat
d.      Berkeringat/dingin, kulit lembab.
e.       Nafas cepat (lebih dari 30 x/menit)
f.       Cemas, kesadaran menurun/tidak sadar.
g.      Produksi urine sedikit (kurang dari 30 cc/jam).
  1. Infeksi
Tanda/gejala infeksi:
a.       Nadi cepat (110 x/menit atau lebih).
b.      Temperatur tubuh di atas 380 c.
c.       Kedinginan
d.      Cairan vagina yang berbau busuk.



Pohon Masalah

PERSALINAN
 

            KALA I                KALA II                  KALA III               KALA IV


INTERVENSI
No
Dx / Masalah
Intervensi
Rasional
1.
Dx:
Input Kala IV
Ø Tujuan:
Ibu dapat melampaui kala IV dengan normal
Ø Kriteria hasil:
-      KU ibu baik
-      TTV:
TD : 110/70-120/80 mmHg
N   : 80-100 x/menit
S    : 36,5-37,50 C
Rr : 16-24 x/menit
-      TFU : 2 jari di bawah pusat
-      Perdarahan : <500 cc
-      Urine : + 500 cc/jam




Ø Intervensi
1.      Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua

-      Dengan memeriksa FU 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 2 jamf serta melakukan masase akan mengetahui kuat/lemahnya kontraksi dengan merangsang kontraksi uterus.


2.      Perkirakan pengeluaran darah setiap 60 menit
-      Memperkirakan pengeluaran darah, dapat diketahui seberapa banyak perdarahan yang terjadi dan jika pengeluaran > 500 cc, maka harus segera mendapatkan tindakan.


3.      Observasi KU ibu dan bayi
-      Observasi KU ibu dan bayi akan segera diketahui bila ada kelainan



4.      Observasi tanda-tanda vital, tiap 1 menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua
-      Observasi tanda-tanda vital dapat diketahui keadaan ibu dan bila terjadi hal-hal yang abnormal


5.      Anjurkan ibu untuk segera melakukan ambulasi dini
-      Ambulasi dini dapat memperlancar peredaran darah dan mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.


6.      Anjurkan ibu untuk sering mengosongkan kandung kemih
-      Kandung kemih penuh mengubah posisi fundus dan mengganggu kontraksi uterus.
2.
Masalah:
1.      HPP
Ø Tujuan:
Peredaran dapat teratasi
Ø Kriteria hasil:
-      KU ibu baik
-      Perdarahan : < 500 cc
(1 pembalut penuh 1 jam)
-      TFU : 2 jari di bawah pusat
-      Lochea : sesuai dengan polanya (hari/waktu)



Ø Intervensi
1.      Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor penyebab/ pemberat pada situasi hemorangi.



-      Membantu dalam membuat rencana asuhan/tindakan yang tepat dan sesuai


2.      Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan, timbang dan hitung penrgantian pembalut
-      Perkiraan kehilangan darah dapat membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan pengganti.



3.      Lakukan periksa dalam, keluarkan bagian selaput plasenta yang hilang/ yang masih tertinggal
-      Agar kontraksi normal, karena uterus tidak akan berkontraksi jika terdapat benda asing sehinga perdarahan bisa berkurang.


4.      Lakukan masase uterus
-      Masase fundus merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.


5.      Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
-      Hisapan bayi merangsang hipofisis fosterior melepaskan oksitosin yang meningkatkan kontraktilitas niometrium


2.      Antonia uteri
Ø Tujuan:
-      Perdarahan dapat teratasi
-      Uterus berkontraksi dengan baik
Ø Kriteria hasil:
-      KU ibu baik
-      Perdarahan : < 500 cc
(1 pembalut penuh 1 jam)
-      TFU : 2 jari di bawah pusat
-      Uterus : teraba keras/bulat




Ø Intervensi
1.      Kaji adanya atonia uteri

-      Membantu dalam membuat rencana asuhan/tindakan yang tepat dan sesuai


2.      Masase fundus uteri
-      Masase fundus merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
-       


3.      Eksplorasi sisa plasenta
-      Untuk melihat/memastikan tidak ada plasenta yang tertinggal sehingga kontraksi uterus tidak terhambat


4.      Lakukan kompresi bimanual interna (sambil dirujuk)
-      Merangsang miometrium untuk berkontraksi sehingga perdarahan berkurang.


3.      Syok
Ø Tujuan:
-      Syok dapat dihindari
Ø Kriteria hasil:
-      KU ibu baik
-      TTV:
TD : 110/80-120/80 mmHg
N   : 80-100 x/menit
S    : 36,5-37,50 C
Rr : 16-24 x/menit
-      Produksi urine : + 50 cc/jam
-      TFU : 2 jari di bawah pusat
-      Perdarahan < 500 cc




Ø Intervensi
1.      Kaji jumlah darah yang holang, pantau tanda/ gejala syok

-      Pendarahan berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup pasien/ mengakibatkan infeksi OO, anemia OO, nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.


2.      Catat suhu dan bau serta rubas dan vagina
-      Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan resiko pasien untuk terkena infeksi dan memperlambat penyembuhan luka.


3.      Baringkan badan pasien miring ke kiri
-      Mencegah kompresi aorta dan vena cava inferior, meningkatkan aliran balik vena.


4.      Pasang infus dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16/18 dan berikan RL/NS)
-      Penggunaan cairan memperbaiki hipovolumi.

4.      Infeksi
Ø Tujuan:
-      Infeksi dapat dihindari
Ø Kriteria hasil:
-      KU ibu baik
-      TTV:
TD : 110/70-120/80 mmHg
N   : 80-100 x/menit
S    : 36,5-37,50 C
Rr : 16-24 x/menit
-      Lokhia : tidak berbau busuk



Ø Intervensi
1.      Tinjau ulang catatan parenatal, inpartum dan pasca partum

-      Mengidentifikasi faktor-faktor yang menempatkanpasien pada kategori resiko tinggi terhadap terjadinya penyebaran infeksi pasca partum.


2.      Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf klien dan pengunjung
-      Mencegah terjadinya kontaminasi silang


3.      Berikan dan instruksikan klien dalam hal pembuangan linen terkontaminasi dan pembalut dengan tepat
-      Mencegah penyebaran infeksi


4.      Pantau suhu, nadi dan pernafasan, perhatikan adanya mengigil
-      Peningkatan tanda vital menyertai adanya infeksi


5.      Anjurkan pasien posisi semi flower
-      Meningkatkan aliran lochea dan drainase unterus/pelvis


6.      Tingkatkan mobilisasi dini, yang diseimbangkan dengan istirahat adekuat.
-      Meningkatkan sirkulasi, pembersihan sekresi pernafasan dan drainase lochea.
3.
Kebutuhan:
1.     KIE pada ibu agar menyusui bayinya sesering mungkin
-      Hisapan bayi merangsang hipofisis posterior melepaskan aksitosin, yang meningkatkan kontraktilitas miometrium.


2.     Anjurkan ibu untuk makan dan minum yang banyak mengandung serat
-      Makan dan minum akan segera mengembalikan tenaga dan mencegah dehidrasi setelah persalinan serta mencegah konstipasi


3.     Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
-      Mobilisasi dini dapat memperlancar peredaran darah dan mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli.


4.     Hadirkan orang terdekat (suami)
-      Ibu merasa aman dan nyaman dengan kehadiran suami




No comments:

Post a Comment